SEPINTAS TENTANG KOTA JUWANA KABUPATEN PATI
Berita-berita kuno tentang Juwana.
Daerah ini, dengan Pati
dan Juwana sebagai ibu kotanya, terletak dekat muara timur sebuah selat tua,
yang sejak dahulu memisahkan Pegunungan Muria di Jawa. Demak dan Jepara
terletak di sebelah barat muara ini. Mungkin dapat kita bandingkan hubungan
kedua kota-pelabuhan laut Jepara dan Juwana pada
satu pihak, dengan hubungan antara kedua kota tempat kedudukan raja Demak dan
Pati pada pihak lain. Hanya saja Juwana (atau
kota pelabuhan di daerah itu, yang disebut Tome Pires "Cajongam")
menjadi kurang penting untuk perdagangan laut; berbeda dengan Jepara yang
memiliki teluk yang baik.
Jepara dan Juwana keduanya disebut sebagai daerah yang termasuk
wilayah Sandang Garba, "raja kaum pedagang" dalam cerita mitos, yang
dikalahkan oleh adiknya yang bungsu, Dandang Gendis, "raja kaum
beragama", yang memerintah di Koripan dan Jenggala (di delta Sungai
Brantas). Kemenangan itu diraih atas bantuan orang-orang Cina. Cerita Jawa ini
agak bernilai, sebab dari cerita itu terbukti, Juwana
dahulu sudah dianggap sebagai kota pelabuhan yang agak penting.
Juwana konon disinggahi oleh Sahid, yang kemudian menjadi
Sunan Kalijaga, pada perjalanannya dari Pulo Pinang ke Demak. la tidak
melanjutkan perjalanannya ke ibu kota itu, tetapi singgah lebih dulu di
Cirebon. Cerita ini juga memberi petunjuk tentang Juwana
sebagai pelabuhan yang agak penting.
Perlu disebutkan di sini adanya keanehan bahwa
di Juwana apa yang biasa disebut pasaran Jawa
(sepekan terdiri dari lima hari: Legi-Pahing-Pon-Wage-Kliwon) tidak dipakai.
Ini baru ditetapkan pada abad ke-20. Tetapi sebenarnya terasa sangat gegabah
menerangkan hal yang menyimpang dari sistem yang sudah umum berlaku di Jawa
Tengah mengenai pasaran (yang ada hubungannya dengan gagasan-gagasan
pribumi-kuno tentang alam semesta-alam dewa), dengan berpangkal pada sejarah
Pati dan Juwana yang sangat tua itu.
Sumber:
Sumber:
Dr. H.J De Graff & Dr. Th. G.Th Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Bab IV Sejarah
Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pesisir Utara Jawa Tengah
pada Abad ke-16: Pati dan Juwana
Juwana=Cajongam?
Musafir Portugis Tome
Pires, yang pada tahun 1513 mengunjungi pantai utara Jawa, memberitakan bahwa
daerah Cajongan atau Cajongam
telah dihancurkan oleh panglima pasukan raja "kafir" Majapahit.
Menurut Pires, prajurit ini terkenal dengan nama-gelar "guste Pate".
Setelah kehancurannya, konon daerah Cajongam
dibagi antara tetangganya Rembang dan Tuban. Pate Rodin di Demak pun mengambil
sebagian daerah ini.
Sayang, letak Cajongam
tidak dapat dipastikan. Nama itu terdapat pada peta-peta Portugis lama. Mungkin
sekali, tempat itu letaknya kira-kira di tempat Kota
Juwana sekarang. Tetapi berita Pires tentang bertetangganya Rembang dan
Tuban (yang lebih ke timur letaknya) tidak cocok dengan keadaan. Diperkirakan
pada teks Pires ada kesalahan.
Sumber:
Dr. H.J De Graff & Dr. Th. G.Th Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Bab IV Sejarah
Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pesisir Utara Jawa Tengah
pada Abad ke-16: Pati dan Juwana
Juwana masa kolonial
Juwana zaman kolonial merupakan sebuah Bandar dagang
yang cukup ramai. Di Juwana dulu terdapat sebuah benteng yang sampai sekarang
tidak berbekas dan tidak diketahui reruntuhannya. Dalam gambar-gambar kuno,
benteng Juwana terletak di pinggir sungai Juwana dengan latar belakang gunung
muria. Zaman kolonial, juwana juga terkenal sebagai tempat galangan kapal serta
sentra industri kerajinan kuningan. Pada zaman
Belanda, Juwana juga pernah dijadikan sebagai sebuah kabupaten.
Juwana masa kini
Juwana, secara geografi terletak 12 km dari ibukota
kabupaten Pati dan 87 km dari ibukota Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Juwana
berbatasan langsung dengan laut Jawa dan juga dilalui oleh jalan Pantura. Kota
Juwana dibelah oleh sungai terbesar di kabupaten Pati yaitu Sungai Juwana (Bangawan
Silugonggo). Penduduk Juwana pada tahun 2010 tercatat sebanyak 90.006 jiwa dan
sekitar 45.000 jiwa di antaranya hidup di kawasan perkotaan Juwana. Penduduk
mayoritas di Juwana adalah suku jawa (pribumi) dan minoritas etnis cina yang
mendiami wilayah sekitar pusat kota.
Juwana merupakan kota tua kecil di Kabupaten Pati.
Hiruk pikuk kegiatan masyarakat terasa sekali di berbagai tempat seperti pusat
bisnis, pasar tradisional, pelabuhan, tempat pelelangan ikan, perusahaan
kerajinan kuningan, perusahaan rokok, dll.
Juwana - Mungkin
banyak orang yang tidak mengetahui kota kecil tua ini. Kota ini memiliki
sejarah yang cukup panjang. Juwana, walaupun kota kecil (hanya kota kecamatan)
tetapi geliat masyarakat di sini tidak kalah dengan kota induk Kabupatennya
yaitu Pati Kota. Juwana bisa dibilang kota yang jam tayangnya hampir 24 jam.
Sebagai kota terbesar kedua di Pati, kegiatan di
Juwana tak pernah sepi. Jam 12 malam area Pasar Juwana
mulai menampakkan dirinya sebagai keramaian di tengah malam, tak
terkecuali di
alun-alun Juwana, para pemuda tak capek-capeknya untuk sekedar
nongkrong + ngopi di atas rumput
alun-alun yang hijau dari malam sampai pagi hari. Jam-jam sebelum subuh,
jalanan
dalam kota Juwana mulai hidup, ratusan ibu-ibu dan
bapak-bapak yang bekeja di pangkalan pendaratan ikan terlihat sibuk
mengayuh sepedanya menuju ke tempat kerja. Pagi hari jam 7, seperti
kota-kota kecil lain, Juwana mulai mengalami jam-jam sibuknya dimana
ratusan bahkan ribuan pekerja
dari luar dan dalam Juwana memadati jalanan ditambah dengan keberadaan
anak-anak yang
berangkat sekolah. Jam-jam
sibuk ini akan terlihat setiap hari di Juwana kecuali hari minggu. Di siang
hari, suasana kota Juwana juga ramai. Sore hari jam 4, jalanan kembali dipadati
oleh para pekerja yang baru pulang dari kegiatan kerjanya. Sedangkan
di sore-malam-tengah malam keramaian terkonsentrasi di alun-alun dan di area pasar
Juwana.
Banyak warga
dari kecamatan di sekitar Juwana seperti Batangan, Trangkil, Wedarijaksa,
Jaken, Jakenan, Pucakwangi bahkan banyak juga yg dari kecamatan Todanan (Blora) yang
datang di Juwana untuk berbelanja. Juwana memang belum mempunyai mall,
namun disini banyak terdapat roko-ruko pusat perbelanjaan/pusat bisnis seperti
Plaza Juwana, Juwana Mega Plaza, Silugonggo Square, Juwana Mandiri Center,
Bringin Commercial Center (di perbatasan kecamatan) dll. Tak ketinggalan dengan adanya 5 outlet Indomaret, 3 outlet Alfamart, 1 outlet Micromart, dan 8 minimarket milik warga lokal. Bank-bank terkemuka juga banyak yang membuka kantor
cabangnya di Juwana sejak dari dulu yaitu BCA, BNI, BRI, DANAMON, BANK JATENG,
CIMB NIAGA(ex Lippo Bank), BANK MANDIRI, BTPN. Kebanyakan kantor
cabang bank di Juwana ini menempati lahan di sekitar alun-alun yang menjadi
pusat kota. Belum lagi bank-bank perkreditan rakyat yang banyak di temui di sini. Selain itu juga ada banyak koperasi di Juwana diantaranya adalah Koprasi Muria dan Koperasi Pangestu yang keduanya merupakan koperasi besar yang berkantor pusat di Juwana. Ini menandakan perputaran ekonomi dan keuangan di
Juwana cukup baik. Juwana bersama Pati, Jepara dan Kudus masuk dalam kawasan
andalan ekonomi terpadu yang diberinama WANARAKUTI (Juwana,
Jepara, Kudus dan Pati).
Juwana sendiri mempunyai peranan besar bagi kabupaten Pati. Juwana merupakan pusat industri
kerajinan kuningan,
industri kerajinan meubel, industri galangan kapal, industri kerajinan batik, pusat perikanan kabupaten dan pusat budaya di kabupaten Pati. Banyaknya adat, tradisi dan
budaya di Juwana yang masih dilestarikan sampai saat ini menjadikan Juwana
pantas disebut sebagai “kota budayanya” kabupaten Pati. Namun sayang, sarana jalan di
kota Juwana sendiri kurang memadai seperti sempitnya jalan di dalam kota,
jalanan yang cukup kotor, kurang tersedianya trotoar, dll.
Di Juwana juga terdapat pelabuhan yakni Pelabuhan Juwana (di Bajomulyo) dan juga Pelabuhan Juwana Pos II (di Pajeksan-Kudukeras), kedua pelabuhan tersebut terletak di Sungai Juwana atau Sungai
Silugonggo.
Sungai Juwana sendiri merupakan salah satu sungai sibuk di pulau Jawa. Setiap harinya, ratusan kapal diparkir di sungai ini. Sungai Juwana merupakan suatu berkah dan juga “bencana” bagi kota Juwana. Berkahnya yaitu karena dengan sungai ini, warga Juwana banyak yang sukses menjadi nelayan. Nelayan di Juwana adalah pengecualian dari nelayan-nelayan lainnya. Nelayan di Juwana banyak yang memiliki rumah gedongan, mobil, dan barang mewah lainnya. Hal ini dapat dilihat pada nelayan yang berasal dari daerah Bendar dan Bajomulyo. “Bencana” sungai Juwana karena di Juwana hampir setiap tahun mengalami banjir terutama di daerah Bumirejo dan Doropayung akibat meluapnya sungai Juwana yang tak mampu lagi menampung air.
GAMBAR:
SEKITAR ALUN2 JUWANA
Sungai Juwana sendiri merupakan salah satu sungai sibuk di pulau Jawa. Setiap harinya, ratusan kapal diparkir di sungai ini. Sungai Juwana merupakan suatu berkah dan juga “bencana” bagi kota Juwana. Berkahnya yaitu karena dengan sungai ini, warga Juwana banyak yang sukses menjadi nelayan. Nelayan di Juwana adalah pengecualian dari nelayan-nelayan lainnya. Nelayan di Juwana banyak yang memiliki rumah gedongan, mobil, dan barang mewah lainnya. Hal ini dapat dilihat pada nelayan yang berasal dari daerah Bendar dan Bajomulyo. “Bencana” sungai Juwana karena di Juwana hampir setiap tahun mengalami banjir terutama di daerah Bumirejo dan Doropayung akibat meluapnya sungai Juwana yang tak mampu lagi menampung air.
GAMBAR:
SEKITAR ALUN2 JUWANA
LAIN2:
LUKISAN KUNO SUNGAI SILUGONGGO DAN FORT JOANA
TAMAN KRISNA
STASIUN JUWANA TEMPO DULU