"Terima Kasih Sudah Berkunjung.."

Jumat, 14 November 2014

KOTA JUWANA (Perkembangan Dari Zaman Ke Zaman)

     SEPINTAS TENTANG KOTA JUWANA KABUPATEN PATI

 
          Berita-berita kuno tentang Juwana.
Daerah ini, dengan Pati dan Juwana sebagai ibu kotanya, terletak dekat muara timur sebuah selat tua, yang sejak dahulu memisahkan Pegunungan Muria di Jawa. Demak dan Jepara terletak di sebelah barat muara ini. Mungkin dapat kita bandingkan hubungan kedua kota-pelabuhan laut Jepara dan Juwana pada satu pihak, dengan hubungan antara kedua kota tempat kedudukan raja Demak dan Pati pada pihak lain. Hanya saja Juwana (atau kota pelabuhan di daerah itu, yang disebut Tome Pires "Cajongam") menjadi kurang penting untuk perdagangan laut; berbeda dengan Jepara yang memiliki teluk yang baik.
Jepara dan Juwana keduanya disebut sebagai daerah yang termasuk wilayah Sandang Garba, "raja kaum pedagang" dalam cerita mitos, yang dikalahkan oleh adiknya yang bungsu, Dandang Gendis, "raja kaum beragama", yang memerintah di Koripan dan Jenggala (di delta Sungai Brantas). Kemenangan itu diraih atas bantuan orang-orang Cina. Cerita Jawa ini agak bernilai, sebab dari cerita itu terbukti, Juwana dahulu sudah dianggap sebagai kota pelabuhan yang agak penting.
 Juwana konon disinggahi oleh Sahid, yang kemudian menjadi Sunan Kalijaga, pada perjalanannya dari Pulo Pinang ke Demak. la tidak melanjutkan perjalanannya ke ibu kota itu, tetapi singgah lebih dulu di Cirebon. Cerita ini juga memberi petunjuk tentang Juwana sebagai pelabuhan yang agak penting.
 Perlu disebutkan di sini adanya keanehan bahwa di Juwana apa yang biasa disebut pasaran Jawa (sepekan terdiri dari lima hari: Legi-Pahing-Pon-Wage-Kliwon) tidak dipakai. Ini baru ditetapkan pada abad ke-20. Tetapi sebenarnya terasa sangat gegabah menerangkan hal yang menyimpang dari sistem yang sudah umum berlaku di Jawa Tengah mengenai pasaran (yang ada hubungannya dengan gagasan-gagasan pribumi-kuno tentang alam semesta-alam dewa), dengan berpangkal pada sejarah Pati dan Juwana yang sangat tua itu.

Sumber:
Dr. H.J De Graff & Dr. Th. G.Th Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Bab IV Sejarah Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pesisir Utara Jawa Tengah pada Abad ke-16: Pati dan Juwana

Juwana=Cajongam?
Musafir Portugis Tome Pires, yang pada tahun 1513 mengunjungi pantai utara Jawa, memberitakan bahwa daerah Cajongan atau Cajongam telah dihancurkan oleh panglima pasukan raja "kafir" Majapahit. Menurut Pires, prajurit ini terkenal dengan nama-gelar "guste Pate". Setelah kehancurannya, konon daerah Cajongam dibagi antara tetangganya Rembang dan Tuban. Pate Rodin di Demak pun mengambil sebagian daerah ini.
 Sayang, letak Cajongam tidak dapat dipastikan. Nama itu terdapat pada peta-peta Portugis lama. Mungkin sekali, tempat itu letaknya kira-kira di tempat Kota Juwana sekarang. Tetapi berita Pires tentang bertetangganya Rembang dan Tuban (yang lebih ke timur letaknya) tidak cocok dengan keadaan. Diperkirakan pada teks Pires ada kesalahan.

Sumber:
Dr. H.J De Graff & Dr. Th. G.Th Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Bab IV Sejarah Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pesisir Utara Jawa Tengah pada Abad ke-16: Pati dan Juwana
Juwana masa kolonial
Juwana zaman kolonial merupakan sebuah Bandar dagang yang cukup ramai. Di Juwana dulu terdapat sebuah benteng yang sampai sekarang tidak berbekas dan tidak diketahui reruntuhannya. Dalam gambar-gambar kuno, benteng Juwana terletak di pinggir sungai Juwana dengan latar belakang gunung muria. Zaman kolonial, juwana juga terkenal sebagai tempat galangan kapal serta sentra industri kerajinan kuningan. Pada zaman Belanda, Juwana juga pernah dijadikan sebagai sebuah kabupaten.

Juwana masa kini
Juwana, secara geografi terletak 12 km dari ibukota kabupaten Pati dan 87 km dari ibukota Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Juwana berbatasan langsung dengan laut Jawa dan juga dilalui oleh jalan Pantura. Kota Juwana dibelah oleh sungai terbesar di kabupaten Pati yaitu Sungai Juwana (Bangawan Silugonggo). Penduduk Juwana pada tahun 2010 tercatat sebanyak 90.006 jiwa dan sekitar 45.000 jiwa di antaranya hidup di kawasan perkotaan Juwana. Penduduk mayoritas di Juwana adalah suku jawa (pribumi) dan minoritas etnis cina yang mendiami wilayah sekitar pusat kota.
Juwana merupakan kota tua kecil di Kabupaten Pati. Hiruk pikuk kegiatan masyarakat terasa sekali di berbagai tempat seperti pusat bisnis, pasar tradisional, pelabuhan, tempat pelelangan ikan, perusahaan kerajinan kuningan, perusahaan rokok, dll.
Juwana - Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui kota kecil tua ini. Kota ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Juwana, walaupun kota kecil (hanya kota kecamatan) tetapi geliat masyarakat di sini tidak kalah dengan kota induk Kabupatennya yaitu Pati Kota. Juwana bisa dibilang kota yang jam tayangnya hampir 24 jam. Sebagai kota terbesar kedua di Pati, kegiatan di Juwana tak pernah sepi. Jam 12 malam area Pasar Juwana mulai menampakkan dirinya sebagai keramaian di tengah malam, tak terkecuali di alun-alun Juwana, para pemuda tak capek-capeknya untuk sekedar nongkrong + ngopi di atas rumput alun-alun yang hijau dari malam sampai pagi hari. Jam-jam sebelum subuh, jalanan dalam kota Juwana mulai hidup, ratusan ibu-ibu dan bapak-bapak yang bekeja di pangkalan pendaratan ikan terlihat sibuk mengayuh sepedanya menuju ke tempat kerja. Pagi hari jam 7, seperti kota-kota kecil lain, Juwana mulai mengalami jam-jam sibuknya dimana ratusan bahkan ribuan pekerja dari luar dan dalam Juwana memadati jalanan ditambah dengan keberadaan anak-anak yang berangkat sekolah. Jam-jam sibuk ini akan terlihat setiap hari di Juwana kecuali hari minggu. Di siang hari, suasana kota Juwana juga ramai. Sore hari jam 4, jalanan kembali dipadati oleh para pekerja yang baru pulang dari kegiatan kerjanya. Sedangkan di sore-malam-tengah malam keramaian terkonsentrasi di alun-alun dan di area pasar Juwana.
Banyak warga dari kecamatan di sekitar Juwana seperti Batangan, Trangkil, Wedarijaksa, Jaken, Jakenan, Pucakwangi bahkan banyak juga yg dari kecamatan Todanan (Blora) yang datang di Juwana untuk berbelanja. Juwana memang belum mempunyai mall, namun disini banyak terdapat roko-ruko pusat perbelanjaan/pusat bisnis seperti Plaza Juwana, Juwana Mega Plaza, Silugonggo Square, Juwana Mandiri Center, Bringin Commercial Center (di perbatasan kecamatan) dll. Tak ketinggalan dengan adanya 5 outlet Indomaret, 3 outlet Alfamart, 1 outlet Micromart, dan 8 minimarket milik warga lokal. Bank-bank terkemuka juga banyak yang membuka kantor cabangnya di Juwana sejak dari dulu yaitu BCA, BNI, BRI, DANAMON, BANK JATENG, CIMB NIAGA(ex Lippo Bank), BANK MANDIRI, BTPN. Kebanyakan kantor cabang bank di Juwana ini menempati lahan di sekitar alun-alun yang menjadi pusat kota. Belum lagi bank-bank perkreditan rakyat yang banyak di temui di sini. Selain itu juga ada banyak koperasi di Juwana diantaranya adalah Koprasi Muria dan Koperasi Pangestu yang keduanya merupakan koperasi besar yang berkantor pusat di Juwana. Ini menandakan perputaran ekonomi dan keuangan di Juwana cukup baik. Juwana bersama Pati, Jepara dan Kudus masuk dalam kawasan andalan ekonomi terpadu yang diberinama WANARAKUTI (Juwana, Jepara, Kudus dan Pati).
Juwana sendiri mempunyai peranan besar bagi kabupaten Pati. Juwana merupakan pusat industri kerajinan kuningan, industri kerajinan meubel, industri galangan kapal, industri kerajinan batik, pusat perikanan kabupaten dan pusat budaya di kabupaten Pati. Banyaknya adat, tradisi dan budaya di Juwana yang masih dilestarikan sampai saat ini menjadikan Juwana pantas disebut sebagai “kota budayanya” kabupaten Pati. Namun sayang, sarana jalan di kota Juwana sendiri kurang memadai seperti sempitnya jalan di dalam kota, jalanan yang cukup kotor, kurang tersedianya trotoar, dll. 
Di Juwana juga terdapat pelabuhan yakni Pelabuhan Juwana (di Bajomulyo) dan juga Pelabuhan Juwana Pos II (di Pajeksan-Kudukeras), kedua pelabuhan tersebut terletak di Sungai Juwana atau Sungai Silugonggo.
Sungai Juwana sendiri merupakan salah satu sungai sibuk di pulau Jawa. Setiap harinya, ratusan kapal diparkir di sungai ini. Sungai Juwana merupakan suatu berkah dan juga “bencana” bagi kota Juwana. Berkahnya yaitu karena dengan sungai ini, warga Juwana banyak yang sukses menjadi nelayan. Nelayan di Juwana adalah pengecualian dari nelayan-nelayan lainnya. Nelayan di Juwana banyak yang memiliki rumah gedongan, mobil, dan barang mewah lainnya. Hal ini dapat dilihat pada nelayan yang berasal dari daerah Bendar dan Bajomulyo. “Bencana”  sungai Juwana karena di Juwana hampir setiap tahun mengalami banjir terutama di daerah Bumirejo dan Doropayung akibat meluapnya sungai Juwana yang tak mampu lagi menampung air.

GAMBAR:

SEKITAR ALUN2 JUWANA




LAIN2:




LUKISAN KUNO SUNGAI SILUGONGGO DAN FORT JOANA

TAMAN KRISNA

STASIUN JUWANA TEMPO DULU